Welcome Myspace Comments
By : Marsigit

Reviewed by : Syahlan Romadon (09301241041)
http://syahland.blogspot.com

Keputusan Sisdiknas No 20 tahun 2003 menegaskan bahwa Sistem Pendidikan Indonesia harus mengembangkan kecerdasan dan keterampilan individu, mempromosikan perilaku yang baik, patriotisme, dan tanggung jawab sosial, harus mendorong sikap positif dari kemandirian dan pembangunan. Meningkatkan kualitas pengajaran adalah salah satu tugas yang paling penting dalam meningkatkan standar pendidikan di Indonesia. Itu dimulai pada bulan Juni 2006, berdasarkan Keputusan Menteri No 22, 23,24 tahun 2006, Pemerintah Indonesia telah menerapkan kurikulum baru untuk pendidikan dasar dan menengah, yang disebut KTSP "Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan".
Berpikir matematis memiliki keanekaragaman pengetahuan yang sederhana atau keterampilan. Ini adalah bukti bahwa berpikir matematis melayani tujuan penting dalam memberikan kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri, dan ini tidak terbatas pada masalah khusus.
Pengajaran harus fokus pada pemikiran matematika termasuk metode matematika. Pertanyaan berhubunganan dengan pemikiran matematika dan metode harus diajukan didasarkan pada perspektif jenis pertanyaan apa.
Katagiri, S. (2004) menunjukkan bahwa pertanyaan harus dibuat sehingga proses pemecahan masalah matematika memunculkan pemikiran dan metode. Dia mendaftar pertanyaan analisis yang dirancang untuk menumbuhkan pemikiran matematika yaitu mengenai masalah pembentukan dan pemahaman,membangun sebuah perspektif, pelaksana solusi, organisasi logis.
Dalam pembelajaran, para peneliti telah berusaha untuk mengungkap gambaran di mana guru diupayakan untuk mempromosikan metode matematika dalam mempelajari total luas sebuah silinder lingkaran tegak dan bola serta volume kerucut lingkaran tegak.
Hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa metode matematika siswa dapat ditelusuri melalui skema kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
1.Masalah Pembentukan dan Pemahaman yang muncul ketika siswa: mengamati model tertentu dari silinder lingkaran tegak, mengamati model tertentu dari bola, dan mengamati model tertentu kerucut lingkaran tegak. Mengidentifikasi komponen-komponen dari silinder lingkaran tegak, bola, dan kerucut. Mendefinisikan konsep silinder lingkaran tegak, bola, dan kerucut. Memiliki pertanyaan dan pemberitahuan dari guru untuk mencari konsep-konsep
2. Membangun Perspektif suatu yang muncul ketika siswa : Menggunakan model beton untuk mencari total luas silinder lingkaran tegak, area bola dan volume kerucut lingkaran tegak. Belajar bahwa tinggi silinder lingkaran adalah sama dengan lebar persegi panjang tersebut; dan keliling lingkaran adalah sama dengan panjang persegi panjang. Memahami prosedur cara mencari volume kerucut lingkaran tegak.
3. Solusi Pelaksana yang muncul ketika siswa: mencoba untuk mencari tahu area lateral silinder lingkaran tegak,mencoba untuk mengetahui total luas silinder lingkaran tegak,mencoba untuk mengetahui daerah lingkup,mengumpulkan data dari pengukuran volume kerucut dibandingkan dengan volume silinder
Oleh Marsigit

Reviewed by: Syahlan Romadon (09301241041)
http://syahland.blogspot.com

Mathematic can form concrete object materially , picture or cube model , the various number of symbol , square pool , pyramid in Egypt , etc . Mathematic can form pure mathematic formality , axiomatic mathematic , formal mathematic , or mathematic can be defined deductively . Normative, we can not learn mathematic materially and formality but we learn with the value of mathematics . Metaphysically , mathematic appearance many kind of level dimension of meaning can be reach meta –cognitive .
Developed mathematics in school have aspects understanding about the truth of mathematic , the truth of school mathematic , the truth of mathematic education , the truth of mathematic value , the truth of mathematic learning ,the truth of mathematic teaching learning , the truth of school mathematic cultivate, . Commonly , what are talking about , two question are what the object and what the method ? Mathematic , mathematic education , mathematic learning , and so on have the meaning that contain in their object . So every activity always thinking the question about what they think . What they think is called object . The last question is called method .
There are Many Kind of View about Mathematic and How to Learn . Because of the mathematic context and the mathematic method formally , because the truth , make mathematic become abstract , general , objective , rational , and theoretic . That is the truth of science and mathematic .According Shirley (1986) with this approach absolute community build formal mathematic considered neutral and the independent value . Social Constructivism consider that mathematic is human’s work during fixed time . So mathematic is considered as science related with culture and their creator value in their culture’s context .The history of Mathematic is the history of formed , not only connected with expressing the truth , but also the emerge problem , definition , statement , proof , and theory that communicate and re-formulated by an individual or group .
In the effort , student must get or learn mathematic objective knowledge , student need development the procedure for example : follow the step made by the other people , make step informally , determine the first step , use the step that development ,have definition so the people can be emerged , compare the step , and adapted the step . Interaction social between student and teacher can give criticism activity for revised concept , so that student get revised concept so that subjective knowledge of mathematic is equal to objective knowledge .
By: Marsigit

Review by: Syahlan Romadon (09301241041)
http://syahland.blogspot.com

Pada matematika pendidikan di indonesia memiliki indikasi bahwa prestasi anak dalam mata pelajaran matematika dan sains adalah rendah, ditunjukkan dengan hasil ujian nasional tahun demi tahun semakin rendah. Penguasaan anak-anak pada konsep matematika dan keterampilan proses matematika masih rendah. Hal ini mungkin karena:
1. Kekurangan kegiatan laboratorium.
2. Kurangnya guru yang memiliki ilmu menguasai keterampilan pendekatan proses.
3. Isi di Matematika dan ilmu kurikulum terlalu banyak.
4. Ketentuan waktu terlalu banyak mengkonsumsi administrasi untuk
guru.
5. Kurangnya peralatan laboratorium dan sumber daya laboratorium manusia.
Penelitian juga menunjukkan ketidakcocokan bahwa di antara tujuan pendidikan, kurikulum, dan sistem evaluasi
yang dapat diidentifikasi dengan mengikuti:
1. Ujian Nasional hanya menilai anak-anak kemampuan kognitif saja.
2. Pelaksanaan sistem yang terlambat dan mempertimbangkan perbedaan individu tidak tepat;.
3. Sistem masuk universitas pemeriksaan dianggap memicu dasar
dan guru sekolah menengah menerapkan berorientasi tujuan daripada proses yang berorientasi dalam mengajar matematika dan sains.
4. Guru banyak yang masih mengalami kesulitan dalam menjabarkan silabus.
5. Jumlah topik matematika dianggap sulit bagi guru untuk mengajar.
6. Siswa beranggapan matematika sulit dipahami.
7. Guru menganggap bahwa mereka masih membutuhkan panduan untuk melakukan proses pengajaran dengan menggunakan ilmu pengetahuan pendekatan keterampilan daripada proses.
Enam prinsip sebagai panduan pengembangan kurikulum:
1. Kesempatan untuk belajar matematika untuk semua.
2. Kurikulum bukanlah sekedar kumpulan materi tetapi
harus mencerminkan kegiatan matematika koheren.
3. Pembelajaran matematika perlu teori yang komprehensif kegiatan siswa, kesiapan mereka untuk belajar dan peran guru
memfasilitasi mereka belajar.
4. Kesempatan kepada pelajar untuk mengembangkan konsep-konsep matematika.
5. Perlunya mengembangkan penilaian tertanam untuk mengajar proses belajar.
6. Menggunakan berbagai jenis mengajar sumber belajar.
Kurikulum menguraikan tujuan belajar mengajar matematika adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami konsep matematika.
2. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir untuk mempelajari pola dan karakteristik matematika.
3. Untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang mencakup masalah menguraikan model matematika.
4. Untuk berkomunikasi dengan ide-ide matematika dengan menggunakan simbol, tabel, diagram dan media lainnya.
5. Untuk mengembangkan apresiasi dari penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, keingintahuan, pertimbangan, dan kemauan
untuk belajar matematika serta tangguh dan percaya diri.
By: Dr. Marsigit M.A.

Reviewed by : Syahlan Romadon (09301241041)
http://syahland.blogspot.com

Lesson study has been developed over hundreds of years ago in Japan and has now spread all over the world, lesson study is a multi-level approach to improving the quality of learning. Lesson Study developed by Criced since 2004 at least two areas, namely education math and special education. But with the growth in time try to Lesson Study in other subjects. Lesson Study is a basic element of cooperation, the cooperation among teachers, teacher cooperation with lecturers and cooperation among agencies such as schools, universities, MGMP or the Department of Education. Cooperation based on self-disclosure developed by AMFITIL with for reflection and communication processes and learning outcomes. Therefore Lesson Study can be viewed as an improvement of activity and by the teacher. Lecturer in certain cases act as an external observer or as a resource for discussion of aspects of learning that appears.
Foundations associated with the development of education of children with special needs. Such as: Law No.20 of 2003 National Education System Article 32 paragraph (1) that special education is an education for students who have difficulty in following the learning process because of physical, emotional, mental, social, or has the potential of intelligence and special trap, paragraph (2) that special education is an educational service for students in remote or underdeveloped areas, indigenous people are isolated, and experiencing natural disasters, disasters are not capable of social and economic terms. Given the diversity of the potential capabilities and the difficulties experienced by children with special needs, then it is logical that the development of learning certainly requires more attention.
Meanwhile Ebutt and Straker (1995) defines school mathematics including for children with special needs not merely as a science as an-sich but rather as a creative and social activity that gives opportunities for children with special needs to look for patterns or relationships among one concept with other concepts, conducting investigations in accordance with the abilities of each child, trying to solve math problems, and communicate the results of the results to a friend or teacher, either orally or in writing. Torey Hayden (2004) suggested that teachers are always members and plan relief assistance either orally, in writing or the visual cortex of learning based on existing and link it to concrete objects, repetitions, and serve the needs of supporting learning in the classroom immediately.
By : Dr. Marsigit, MA

Reviewed By : Syahlan Romadon (09301241041)
http://syahland.blogspot.com

Tujuan mempelajari filosofi dari pendidikan matematika adalah untuk memudahkan siswa mengembangkan visi tentang pendidikan matematika dan semua aspeknya. Filsafat dari pendidikan matematika membahas mengenai konsep matematika dan pendidikan matematika pada praktek-praktek pendidikan. Menurut Hoyles dan Cooney (1988), mengajar matematika berarti juga memfasilitasi proses pembelajaran siswa sehingga pengajaran yang baik memerlukan kombinasi antara subjek komptensi, fleksibilitas gaya mengajar, strategi dan kepedulian terhadap kebutuhan kognitif, sosial dan emosional siswa. Posisi filosofis yang berbeda secara signifikan menyebabkan adanya perbedaan terhadap implikasinya dalam pendidikan.
Pengajaran matematika memang dianggap sulit karena kebanyakan siswa mempunyai image bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Pada umumnya, guru juga merasa kesulitan untuk mengubah gaya mereka dalam mengajar.
Filsafat pendidikan matematika meliputi review mengenai beberapa masalah pokok dalam pendidikan matematika. Sifat matematika, nilai matematika, sifat mahasiswa, sifat pembelajaran, sifat pengajaran matematika, sifat sumber belajar mengajar, sifat penilaian, sifat sekolah matematika dan sifat siswa belajar matematika juga dilayani dalam filsafat pendidikan matematika.
Secara khusus, Paulus (1994) menguraikan isu-isu matematika sebagai berikut :
1. Matematika pedagogi, pemecahan masalah dan pendekatannya diteliti untuk dibandingkan dengan pendekatan tradisional
2. Teknologi dalam mengajar matematika, penggunaan alat elektronik seperti kalkulator diijinkan untuk digunakan
3. Matematika dan simbolisasi
4. Matematika dan budaya
Yohanes Munchak (2004), mengindikasikan bahwa dalam rangka memberikan pelajaran yang menarik dan menantang, maka guru perlu mengetahui karakteristik siswa tersebut. Setiap siswa datang dengan kemampuan, motivasi, sikap, tujuan, dan latar belakang budaya.
Tidak ada yang berpendapat bahwa pendidikan matematika terkait dengan masyarakat. Namun, kita bisa belajar sejauh mana hubungannya. Paulus Ernest (1994), menyampaikan beberapa pertanyaan, yaitu : apa tujuan pendidikan matematika yang akan dihargai masyarakat? Kepada siapa akan diajarkan? Siapa yang berpartisipasi dalam praktek mengajar matematika? Apa hubungan matematika dan masyarakat? dan sebagainya,.
Pada umumnya, filosofi pendidikan matematika bertujuan untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang status dan objek dasar pendidikan matematika serta metodenya, yaitu ontologis, mengklarifikasi sifat dari masing-masing komponen pendidikan matematika dan epistemologis mengklarifikasi apakah semua pernyataan yang bermakna pendidikan matematika memiliki tujuan dan menentukan kebenaran. Memahami hukum-hukum alam, hukum matematika, hukum pendidikan yang memiliki status yang sama, dan bentuk nyata dari objek pendidikan matematika.
Philosophical Explanation on Mathematical Experiences of The Fifth Grade Students

By : Drs. Marsigit MA

Reviewed by: Syahlan Romadon (09301241041)
http://syahland.blogspot.com

Penggunaan alat peraga Linear Arithmetic Blocks (LAB) atau model linear ternyata lebih meningkatkan minat dan aktivitas siswa jika dibandingkan dengan alat peraga Multi-base Arithmetic Blocks (MAB) atau model ruang dalam melakukan percobaan-percobaan operasi hitung pada bilangan desimal.
Mackenzie J.S, menyatakan bahwa sebuah filsafat harus mampu memperhitungkan hasil umum dari suatu investigasi dari semua ilmu untuk suatu usaha membangun teori umum. Untuk tercapai tujuan yang maksimal, digunakan beberapa pendekatan yang bersifat filosofis seperti, interpretasi, idealisasi, analogi, perbandingan, dan deskripsi. Pendekatan-pendekatan tersebut menunjukkan adanya hubungan antara komponen-komponen bilangan desimal dengan benda fisik yang digunakan dalam proses belajar mengajar matematika.
Dengan demikian akan timbul motivasi dari dalam diri siswa dan juga para guru untuk mempelajari materi-materi atau benda-benda fisik yang berkaitan dengan matematika. Namun, para guru dan siswa juga harus memperhatikan dan mengantisipasi adanya kendala-kendala yang menghambat dalam mempelajari materi-materi fisik tersebut dan juga harus dapat menemukan solusi sehingga para siswa dan guru dapat berinteraksi dengan baik dengan materi-materi atau benda-benda fisik dalam matematika.
Kant menegaskan bahwa “ruang” dan “waktu” adalah bentuk dari perasaan kita, sesuatu yang mempengaruhi kita, sensibilitas adalah sebuah benda yang memiliki “ruang” atau “jasmani” merupakan karakteristik dari suatu objek yang fenomenal.
Hasil penelitian dari mengajar dengan menggunakan materi-materi fisik matematika memberikan beberapa kesimpulan antara lain, adanya perbedaan antara model LAB dan MAB, model LAB yang lebih unggul jika dibandingkan dengan model MAB, sesta sistem belajar mengajar dengan menggunakan materi-materi fisik yang dianggap memiliki kesulitan sendiri bagi para siswa.
Dengan adanya model LAB dan MAB, maka ada beberapa isu yang mungkin merupakan dampak adanya model LAB dan MAB. Dampak tersebut antara lain, siswa membingungkan adanya penyelenggaraan dengan nilai komponen, dan siswa membingungkan tentang posisi tempat dari kolom nilai. Peneliti menyimpulkan bahwa “aksensibilitas” adalah sesuatu yang berkaitan dengan subjek bahwa apa yang disimpulkan oleh Kant adalah suatu “kepekaan”.
By: Dr. Marsigit M. A

Reviewed by: Syahlan Romadon (09301241041)
http://syahland.blogspot.com

About situation and effort to reveal learning mathematic phenomenon can be illustrated with a hermenitik circle where a teacher or a researcher effort the learning mathematic aspect as a phenomenon either the fact that examined directly or like potentials that need use for its improvement. To do learning mathematic we need have realization that learning mathematic as a world that save a lot mystery. People or the teachers have a limit to know that, but a teacher need effort to get image about mathematic learning world with doing deconstruction specifically math education world.
We can get the source research of math education from doing math education revolution, where can be realized that source innovation of math education can be from conceptual factor, value, pragmatic, empiric or polities. With some from that source teacher or researcher can improve how to do learning on math education. Contemporary math education research basically the researcher understand that math substance, math school substance, and math education substance. More than that, the comprehension then be the base also be purpose that will achieved in research or “grounded-theory” is build the education theory with math education theory. If we as the teacher want renewal math education so math education research will be needs. With math education research we can know about individual difference or group on math learning, we can specify student position in a group, can compare the result from learning activity among group.
We also can do examination compatibility among purpose and value from learning. The value from researching can use to completion program, guidance, and giving information to public. We can also compare between performance and criteria from each program dimension and completion the program and conclude the result from whole math education. Then we can do study about program activity that finally use to completion a whole math education program. So when math education will be do, not bad if the teachers be given an input then it can make research education activity can stick with mathematic learning activity.
By: Dr. Marsigit, M.A.

Reviewed by: Syahlan Romadon (09301241041)
http://syahland.blogspot.com

Teachers of mathematics as a researcher may deliberately make changes in learning mathematics in school by doing various experiments so comes the scientific method. Approach to mathematics education research can be done in various ways including quantitative research. Quantitative research relies on mathematical learning the scientific method to find rules, laws and principles regarding the reality of learning mathematics in school.

Effort uncovering the circumstances and the phenomenon of learning mathematics can be described by a circle hermenitik in which a teacher or a researcher trying to uncover aspects of learning mathematics as a phenomenon or phenomena in the form of facts that can be observed directly or in the form of the potential for development that requires treatment.

The scope of mathematics education research can come from a push by researchers to reform mathematics education. Where mathematics education to realize that innovation can be sourced to the conceptual factors, values, pragmatic, empirical and political. By placing the components of learning mathematics, in the context of mathematics education research, then Grouws, DA (1992) describes a wide variety of relationships between components at the level of simple or complex level.

Judging from the practice of mathematics teaching then at least there are two main factors namely the practice of learning itself and the factor value. If researchers want to improve the learning of mathematics in the field of content or learning materials, the researcher can make the observation of students when learning mathematics. If researchers want to improve or to obtain an innovative method of learning mathematics, the researcher needs to consider the context of learning mathematics, teachers use the methods and management of learning mathematics. Judging from the mathematics education research procedure can be carried out with various different emphases, such as historical research, descriptive research, research development, research, case studies and field research.

Based on the suppression of certain aspects of it by adapting Joyce and Weill (1986), can be developed several models of learning as a context of doing mathematics education research activities, for example: The concept attainment model, Model Exercise Research, Classroom Meeting Model, Model Investigation Group, Model Exercise Laboratory and others. In various models that were developed then the teacher will always be between the two poles between which the paradigm of approach learning mathematics, such as teacher-centered and student-centered. Has generally been understood that mathematics education in the future will be more student-centered learning where the student is the center, Student is more active, take initiative and responsible to the learning process. Students are also expected to be more autonomous. Thus the role of the teacher acts as facilitator and dynamist learning mathematics.

PHILOSOPHICAL AND THEORETICAL GROUND OF MATHEMATICS EDUCATION

By Dr. Marsigit, M.A.


Reviewed by: Syahlan Romadon (09301241041)

Filsafat mengenai matematika sangatlah luas dan umum. Filsafat pendidikan matematika meliputi beberapa masalah pendidikan matematika yaitu ideologi, landasan dan tujuan dari matematika itu sendiri.
Dalam rangka memberi gambaran yang jelas tentang peran studi filsafat matematika dan hubungannya dengan lokakarya kegiatan dan akan dibahas tentang sifat pengembangan sumber daya manusia dan sifat studi pelajaran dalam pendidikan matematika.

Menurut Paul Ernest (1994), studi filsafat pendidikan matematika berakibat pada praktek mengajar matematika melalui isu-isu tercermin pada pertanyaan berikut:
"Apa teori dan epistemologi mendasari pengajaran matematika? Apakah asumsi ini berlaku? Berarti apa yang diadopsi untuk mencapai tujuan matematika pendidikan? Apakah tujuan dan sarana yang konsisten? Apa metode, sumber daya dan teknik yang telah dan mungkin digunakan dalam pengajaran matematika? Apa teori-teori mendukung penggunaan informasi yang berbeda dan teknologi komunikasi dalam mengajar matematika? Apa yang membuat nilai-nilai yang membawa teknologi ini dengan mereka, baik yang dimaksudkan dan tidak disengaja? Apa itu untuk mengetahui kepuasan matematika di tujuan pengajaran
matematika? Bagaimana belajar mengajar matematika harus dievaluasi dan
dinilai? Apa peran guru? Dan masih banyak lagi

peran studi filsafat matematika sangat lah luas. dapat dikatakan bahwa filosofi pendidikan matematika bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang status dan dasar dari objek pendidikan matematika, yaitu ontologis mengklarifikasi sifat dari masing-masing komponen pendidikan matematika, dan epistemologis mengklarifikasi apakah semua pernyataan yang bermakna pendidikan matematika memiliki tujuan dan menentukan kebenaran.
Pada intinya, tujuan mempelajari filsafat matematika adalah supaya pembelajaran matematika menjadi lebih bermakakna dan berguna di kehidupan sehari hari.

LESSON STUDY

By: Dr. Marsigit, MA


Reviewed by: Syahlan Romadon (09301241041)

Lesson Study is a strive that develop teaching ability in teaching learning by research and reflect systematically that process. The aim of lesson study is to improve teacher services in student needs. The main idea of lesson study is collaborating between the teacher with other teacher and also with the lecturer to observe and reflect teaching learning process.
The step in lesson plan is preparation step, implementation, reflection and remediation 1st, and the second one. Paradigm that relevance with lesson study is student centered, constructivist, realistic mathematics, and contextual teaching learning. The innovation in lesson study can be done if the teacher is kind and open, the teacher have high commitment, there are development infra-system that support lesson study and the whole component have support it too.
It has to note that lesson study is support KTSP. Lesson study need a theme such as how to develop mathematics attitude, How to develop learning mathematics methods, how develop an assessment, etc. RPP is the backbone of Lesson Study, because lesson study service student need in learning math, reflect student activities, reflect various interaction, method ad media, and also reflect evaluation development, etc.
To socialize lesson study, it must have a lot of support of whole component in education. Lesson study is hope can improve student ability and also improve education quality.
By: Dr. Marsigit, MA


Reviewed by: Syahlan Romadon (09301241041)

Sesuai dengan cita-cita bangsa pada Pembukaan UUD 1945, Indonesia akan menjadi negara yang sejahtera dan makmur penduduknya. Pemerintah telah berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Adanya kebijakan penggunaan kurikulum KTSP, akan mempengaruhi banyak aspek, misalnya saja: otonomi pendidikan, fasilitas pembelajaran, anggaran pendidikan, dan juga sistem evaluasi.
Sistem pendidikan ataupun kurikulum yang berubah karena dianggap kurang berhasil diidentifikasi menemui karena menemui hambatan-hambatan seperti: kompleksitas dunia pendidikan, anggaran yang minim, kekurangan fasilitas dan tenaga pendidik ahli, perbedaan konteks pendidikan, kekurangpahaman guru mengenai teori pengajaran, bagaimana mengimplementasinya, dan juga adanya penyesuaian dengan keadaan global saat ini.
Obyek penelitian proses pembelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh JICA adalah memberi kontribusi pada perkembangan matematika dan ilmu pengetahuan alam di sekolah dengan mencoba beberapa perkembangan yang secara langsung berhubungan dengan sekolah. Kegiatan percobaan dilakukan melalui kegiatan penelitian antara guru dan dosen. Masing-masing group peneliti melakukan pertemuan apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan matematika dan ilmu pengetahahuan di tiap kelasnya. Aspek yang akan dikembangkan bervariasi, bergantung pada kebutuhan siswa. Aspek tersebut dapat dihubungkan dengan perkembangan instrument pengajaran dan model pengajaran.
Perkembangan pendidikan Matematika di Jepang dapat dilihat sebagai alternative, bagaimana cara pengajaran dan proses pemebelajaran di Jepang. Pengajaran matematika di Jepang berkembang dari fenomena nyata di kehidupan sehari-hari. Masing-masing sekolah mempunyai aktivitas untuk meningkatkan kemampuan pengajar.
Hasil penelitian dapat dijabarkan dari berbagai sudut pandang, misalnya dari siswa, guru dan dosen. Model pembelajaran baru yang dikenalkan pada guru meningkatkakan variasi pengelolaan kelas. Guru yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini harus berpikir dann mengembangkan cara baru bagaimana siswa dapat belajar dan mengkontruksi pengetahuan baru dari dirinya sendiri.
Ada beberapa hal dan masalah yang berhubungan dengan pengenalan paradigm baru melalui kegiatan penelitian ini. Tampak tidak realistik untuk berharap bahwa guru akan merubah gaya mengajarnya dalam waktu yang sigkat. Kurikulum dengan sifat padat tuntutan dan jumlah siswa yang besar di tiap kelasnya menyebabkan guru tetap kembali pada aktivitas lama (teacher centered activities). Ujian Akhir yang harus dilakukan oleh seluruh siswa di tahun ketiganya, menjadi titik krusial bagi guru yang membuat guru berfikir bagaimana merancang pembelajaran yang bisa meluluskan siswanya.
Hasil penelitian ini menghasilkan beberapa masukan untuk meningkatkan pembelajaran matematika dan ilmu pengetahuan di Indonesia, antara lain: implementasi kurikulum yang lebih simple dan fleksible, menentukan kembali peran guru sebagai fasilitator, menentukan kembali peran sekolah, serta supervisor sebagai pendukung proses pembelajaran.
By : Drs. Marsigit, MA


Reviewed by : Syahlan Romadon (09301241041)

One of problem in mathematics curriculum developing is specific orientation of mathematics syllabus developing and it need to observe six of base principals, they are:
1. Chance to study to all of child.
2. Curriculum is not only collection of learn material, but also can reflect mathematics activities coherenly.
3. Mathematics learning need understanding of study necessary by student, study preparing, and learning facility.
4. Chance to student to learn mathematics actively.
5. Need assesment activities to increase learning quality.
6. Using kind of strategy and learning method as dinamis and flexsible.
Mathematics education competence based emphasize to competence that should be had by graduate, so curriculum is developed also be based to the base competence which it have to be had by graduate appropriate explanation of ceompetence standart. Syllabus of mathematics lesson also need to be arranged so it contain learning matter which it refer to mathematics charracteristic appropriate with competence with wantt to be achieved.
In order that student potention can be developed optimally, assumption about student charracteristic and implication of mathematics learning is gave lke that:
1. Student will learn mathematics if they have motivation.
2. Student learn mathematics with their own method.
3. Student stand alone or cooperate with other student to learn mathematics.
4. Student need different contex and situation to learn mathematics.

Curriculum is arranged in order that in mathematics learning process, student can do investigation about pattern and realation, develop creativity, to do problem solving activities, and communicate mathematics thinking to other people.
In make syllabus, syllabus format should be made so the teacher can applicate it a simple manner. The format is a form of presentation of the contents of the syllabus consisting of competency standards, basic skills, learning materials, a description of learning materials, student learning experience allocation of time, and reference sources used;
Stape to arrange syllabus based of mathematics lesson basic competence beginning of philosophical investigation of mathematics education developing include curriculum in order to obtain the structure of science. After that, be stripped of the minimum basic competence which should be has by student.
In the syllabus, teachers must include source material which is used as reference by using the rules of writing in accordance with applicable regulations. References used should be consistent with the implementation of competency-based curriculum and learning with contextual approach to teaching and learning (CTL).
By: Shisumi Shimizu, Marsigit
http://powermathematics.blogspot.com

Review by: Syahlan Romadon(09301241041)
http://syahland.blogspot.com

Artikel ini berisi penelitian kegiatan siswa dalam membangun karakteristik pola angka yang dihasilkan dari penambahan dan pengurangan setiap dua reversibel dua digit angka. Penelitian ini dilakukan di siswa kelas 6 SD Gambiranom, Yogyakarta, Indonesia. Tujuan utama dari penelitian ini adalah meningkatkan praktek mengajar matematika berdasarkan posisi ideal mengajar matematika primer dan atas dasar asumsi bahwa guru dapat belajar dan menciptakan pengetahuan melalui pengalaman dan mengamati serta merenungkan pengalaman itu. Penelitian ini meliputi: mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar matematika, merancang strategi untuk memecahkan masalah sebagai hasil komunikasi simetris antara peneliti dan guru, menerapkan dan menguji strategi, mengevaluasi efektivitas strategi, mencerminkan hasil, identifikasi kesimpulan, mengulangi siklus dengan meningkatkan praktek, dan melaporkan penemuan.
Pada siklus pertama penelitian, guru mengarahkan siswa untuk memiliki beberapa kompetensi mengkarakterisasi pola nomor dengan melakukan penambahan dari dua reversibel dua digit angka. Skema dari proses belajar mengajar pada siklus ini meliputi guru memperkenalkan pelajaran, informasi yang disampaikan, mengajukan masalah dan menjelaskan apa yang siswa harus dilakukan dalam kegiatan-kegiatan berikut. Guru memerintahkan siswa untuk menghasilkan penambahan dari dua reversibel dua digit angka dan membiarkan siswa untuk bekerja dalam kelompok diskusi. Guru mendorong siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan berusaha menyimpulkan hasil. Dalam siklus ini guru mengembangkan lembar kerja dan didistribusikan sebelum para siswa bekerja dalam kelompok diskusi.
Dalam siklus kedua, guru mengarahkan siswa untuk memiliki beberapa kompetensi mengkarakterisasi beberapa pola nomor dengan melakukan pengurangan dari dua reversibel dua digit angka. Skema dari proses belajar mengajar pada siklus 2 yakni guru memperkenalkan pelajaran, informasi yang disampaikan, mengajukan masalah dan menjelaskan apa yang siswa harus dilakukan dalam kegiatan-kegiatan berikut. Guru memerintahkan siswa untuk menghasilkan pengurangan dari segala bentuk dua angka reversible dan membiarkan siswa untuk bekerja dalam kelompok diskusi. Guru mendorong siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan berusaha untuk menyimpulkan hasil.
Hasil dari penelitian adalah dalam penelitian tindakan kelas, jika guru memiliki persiapan yang baik dan mengembangkan beberapa skema untuk mengajar, siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka secara jelas. Anak-anak tidak hanya melakukan kegiatan di bawah bimbingan guru namun mereka pun harus mampu mengembangkan kegiatan mereka berdasarkan pengaruh arah dan fokus kegiatan sendiri. Dengan mengamati transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, peneliti menemukan bahwa beberapa lembar kerja yang dikembangkan oleh guru memiliki pengaruh terhadap jalannya kegiatan dan memulai berbagai percakapan interaksi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kita dapat menafsirkan peran guru melalui perspektif siswa pada interaksi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui penelitian tindakan kelas, siswa tidak hanya sebagai pembelajar aktif tetapi juga sebagai konstruktor hidup pengetahuan mereka sendiri.
Oleh: Marsigit

Reviewed by: Syahlan Romadon (09301241041)
http://syahland.blogspot.com

In order to following the movement of education paradigm, Indonesian government has been developing a new kind of curriculum for national education called base competence curriculum. To develop this new kind of curriculum it’s also need to develop some kind of things which is including on the part of curriculum for example is syllabus, at least there are six kinds of things that should be noticed to develop syllabus such as: a chance to all pupils to learn, curriculum not only as a collection of the learning content but also be able to reflect the teaching learning process coherently, the learning of mathematics need an understanding about the needed of student learning, the readiness of the student to learn and serving the learning facilities, give a chance for the student to learn mathematics actively to construct their concept structure through their knowledge and their experience, the needed of assessment to increase the learning quality, the using of various strategy and learning method as flexible and dynamic which is appropriate with the content, the pupil and the context of learning.
The main issues are how to make the plans, the developments and the implementations of curriculum appropriate with the wish of learning activity. To answer this issues so on the section of planning and developing process should be pay attention on: the directive to developing syllabus, the technique hint of curriculum application which was developed, the curriculum supporter such book, learning facilities and the ability of the teacher, the involvement of the teacher on the planning and developing of curriculum process, the needed of socialization about curriculum development to stake holder and also the needed of continue evaluation to the application of curriculum.
In order to produce the innovation demand of education generally, Ebbut and Straker (1995:10-63) define school mathematics as: mathematics as the connection and pattern investigation activity, mathematics as creativity which is need imagination, intuition and invention, mathematics as a problem solving activity, mathematics as communication tools.
By: Marsigit, Y.Sato, Sugeng Mardiyono, Eko Sulistyowati, Bardi

Review by: Syahlan Romadon(09301241041)
http://syahland.blogspot.com

Siswa membutuhkan variasi kompetensi akademik yang dapat untuk bertanya dan mengkomunikasikan perkiraan yang terjadi di kelas. Dari hasil pengamatan mengindikasikan bahwa kapanpun siswa tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan, mereka akan melakukan kegiatan lain atau menanyakan ke teman kelasnya. Kapan pun guru menerapkan satu metode pembelajaran guru akan mengalami kesulitan untuk dapat mencakup berbagai kompetensi akademik siswa. Salah cara untuk menyelesaikan permasalah ini adalah dengan memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan lembar kerja. Siswa dan guru akan sama-sama mendapat keuntungan dengan menggunakan lembar kerja, bagaimanapun juga pengaplikasian dari pengembangan lembar kerja oleh guru sebagai penyelesaian dari berbagai kebutuhan kompetensi akademik siswa yang memiliki sifat tidak langsung karena tidak ada skema pengembangan oleh guru. Kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa grup untuk mendiskusikan lembar kerja yang diberikan, setelah didiskusikan kemudian siswa mempresentasikannya di depan ke kelas.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata masih banyak guru yang menggunakan metode ekspositori atau mengajar secara klasikal dimana guru hanya menjelaskan, memberi contoh kemudian memberikan tugas. Hal ini masih banyak terjadi karena guru masih mengalami kesulitan untuk menemukan berbagai variasi kompetensi akademik yang diperlukan serta menemukan cara melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Untuk itu guru harus mengembangkan model pembelajaran matematika untuk menyelesaikan permasalahan ini agar dapat memfasilitasi siswa. Praktik mengajar matematika yang baik harus memberi kesempatan kepada guru untuk menjelaskan, diskusi antara guru dan siswa dan antara siswa dengan siswa, penyelesaian masalah termasuk pengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Namun dalam kenyataannya untuk merealisasikan pembelajaran yang baik, guru masih menemui beberapa kendala. Dan menurut hasil penelitian guru harus mampu mengembangkan kemampuan mengajar mereka dengan memfasilitasi berbagai kebutuhan kompetensi akademik siswa, menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran, menggunakan berbagai metode mengajar sesuai kebutuhan kelas dan meningkatkan materi mengajar dan alat peraga yang digunakan.
By : Dr. Marsigit, M. A., Bambang SHM, M. Kom. And Kuswari Hernawati, M. Kom.

Reviewed by: Syahlan Romadon (09301241041)


The aim of this research is to construct multiuser Blog as employing software opensource in mathematics learning, to form instructor and student’s appreciation employing software and portofolio model, to improve competency of mathematics as the result of digital portofolio through multiuser Blog, and also as communication culture between instructor or lecturer and students.
In education, digital portofolio is documentation system that load all of activities and reflekction to indicate change or development individual potential. And, for the competency of mathematics, there are five categories:
1. Mathematical communication
2. Mathematical reasoning
3. Mathematical problem solving
4. Mathematical connections
5. Positive attitudes toward mathematics
Blog can be employed as actualization media to improve the competency of mathematics between lecturer and students. There are many ways to post article about mathematics into blog, so the students can read in blog to do learning based on IT.
As the last, the conclusion is that developing blog as digital portofolio to actualize and to improve compentency of mathematics is important because learning process employing IT (Information and Technology) is necessary need development. Through blog employing in mathematics learning can be sequential to another learning process.

MATHEMATICS TEACHING ACROSS MULTICULTURAL CONTEXT

By: Syahlan Romadon (09301241041)
Mathematics Education, Yogyakarta State University
(http://syahland.blogspot.com)

A. INTRODUCTION
Difference pond, difference fish. In many country there are difference cultural the mathematics teaching. The Indonesian culture will be different with other countries. It is creating so many differences among countries. as did learning of mathematics. It’s important to know the various mathematics teaching learning process in the various countries. In this paper we will show the mathematical teaching in various context in various countries, so we can adopt the best one to applied in mathematical teaching-learning process.
In this paper will be share about the resume the paper that has presented in Apec-Ubon Ratchathani International Symposium 2011. And it specially appear mathematics teaching across multicultural context in four country, they are Vietnam, Brunei Darussalam, Indonesia, and Philippina.

B. DISCUSSION
a. Vietnamese Context
Mathematics teaching in Vietnam, the use of dynamic external representations in communicating, learning and teaching mathematics has increased dramatically. The use of dynamic external representations promotes students’ understanding of school mathematical concepts.
They tries to lessen the training of basic skills and procedures in mathematics but increases more hands-on activities to help students grasp the mathematics ideas and develop mathematical thinking. To answer these questions some procedures, rules and techniques are required. The content of mathematics, thinking skills and marks allocated to each question are distributed as in the following table.
(Tran Vui)

b. Bruneian Context
In order to abide to the suggestions and guidelines from the Curriculum Development Department (CDD), teachers in Brunei are encouraged to refer to the following when planning a lesson (Khalid,2011), where pupils are expected to:
• communicate in order to learn and express their understanding
• connect mathematical ideas to other concepts in mathematics, to everyday experiences and to other disciplines
• demonstrate fluency with mental mathematics and estimation
• develop and apply new mathematical knowledge through problem solving
• develop mathematical reasoning and creativity.
• select and use technologies as tools for learning and solve problems
• develop visualization skills to assist in the processing of information, making connections and solving problems.
• develop positive attitudes and values towards mathematics.
In order to create something interesting and fun as the lesson starter, the teacher plays the musical chair game with the pupils. The purpose of the introduction is to define the word ‘compare’ and ‘size’. Before the game started, pupils were asked to guess who will win the game and why. The lesson can be considered a success if we consider pupils’ participation in class. The children were active, participative and looked interested in the lesson.
(Madihah Khalid)

c. Indonesian Context
Mathematics education in Indonesia have the indication that children's achievement in the subjects of mathematics and science is low, as indicated by the result of the National Leaving Examination year by year both in Primary and Secondary School. This fact may be as the results of:
1. The shortage of laboratory activities
2. Lack of teachers having mastered science process skill approach
3. Contents on Mathematics and Science curriculum too crowded
4. Too many time consuming administration stipulation for teachers
5. Lack of laboratory equipment and laboratory human resource.
The efforts of developing textbook for Vocational Senior High School mathematics should always put the concern of the criteria of good textbook. Specifically, for the needs to develop textbook for junior mathematics we need to have a clear picture on how to plan and implement activities in the classroom the following: problem solving activities, reasoning and proof, mathematical communication, mathematical connections, mathematical representation, the role of technology, content arrangement and skills development, content appropriate and relevant, wide range of student interests and abilities, and materials easy to follow and 14 understand.
The problem solving based mathematics textbook in the Vocational Senior High School can be developed based on the criteria outlined by Polya and Pasmep that are:
1. Trial and Error
2. Making diagram
3. Trying the simple problem
4. Making Table
5. Finding the pattern
6. Breaking down the goal
7. Considering the possibilities
8. Thinking Logically
9. Reversing the Order
10. Identifying the impossibility.
(Marsigit and R. Rosnawati)

d. Philippines Context
In Philippines context, the long term goal which the teachers formulated for their learning proccess was to develop student’s mathematical thinking through problem solving. Their sub-goals were for students to represent real-life and mathematical situations, to give meaning to these representations, and to solve problems in different ways.
For example to provide a context for developing the concept of polynomial function, it would be good for textbooks to use problems that would require students to think. The textbook must provided a good example of the application of polynomial function in real life to which students could relate. The problem would require the students to think and devise their own method to solve it. After some preliminary meetings, the teachers were finally able to conceptualize a problem that had a real-life context.
Through lesson study, the problem was developed collaboratively, tried in actual classrooms, and improved based on actual implementation results. It could be argued that the students used more thinking skills when they solved the problem than when they would have been simply asked to follow a set of procedures to learn polynomial function.
(Soledad A. Ulep)

C. CONCLUTION
Every country in the world have difference culture. And every culture have difference problem and also difference solve this problem. Problems concerning the learning process that occurs in every country are not the same, so as to resolve the issue who are members of APEC strive together to find solutions to develop the learning process in a way that each would strive to improve teaching and learning process with the process student-centered lessons. Viewed different ways of teaching mathematics based multicultural context can open our knowledge so that we can adopt the way of good teaching, which is adapted to our culture.

Aku Cinta Indonesia...

Thank You Myspace Comments