Welcome Myspace Comments

Ciri-Ciri Orang yang Beriman

QS Al-Anfal 2-4

innamaa almu/minuuna alladziina idzaa dzukira allaahu wajilat quluubuhum wa-idzaa tuliyat 'alayhim aayaatuhu zaadat-hum iimaanan wa'alaa rabbihim yatawakkaluuna

[8:2] Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.


alladziina yuqiimuuna alshshalaata wamimmaa razaqnaahum yunfiquuna

[8:3] (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.


ulaa-ika humu almu/minuuna haqqan lahum darajaatun 'inda rabbihim wamaghfiratun warizqun kariimun

[8:4] Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni'mat) yang mulia.

Rename Your Site

Sekarang Anda dapat menggunakan nama server dengan SEMUA Domain Gratis!

Mulai sekarang Dot TK tidak hanya memberikan URL Forwarding terbaik di sekitar, tetapi juga memungkinkan Anda untuk menggunakan server sendiri dengan semua nama domain gratis Anda.

* Sederhana antarmuka pengguna untuk mengelola domain Anda
* Pilih salah satu URL Forwarding, server nama Anda sendiri atau Dot TK DNS
* Layanan untuk titik domain Anda ke konten yang tepat
* Layanan gratis yang hebat baru dari Dot TK

klik link di bawah ini untuk mengubah situs Anda
http://www.dot.tk

Dilemma Umat Beragama

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara yang menjunjug tinggi nilai kerukunan antarumat beragama. Hal itu tertuang dalam ideologi negara Indonesia, yaitu Pancasila. Terlebih, terdapat dalam sila pertama, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sehingga terjalin kehidupan yang rukun antarpemeluk agama yang berbeda. Sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) ditempatkan pada urutan yang paling atas karena bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya.(1) Sehingga sila pertamalah yang akan menjadi panutan, dan mempunyai arti yang menyeluruh. Sila pertama bersifat universal yang mempunyai jangkauan paling luas dan menjadi dasar bagi sila-sila yang lain, sedangkan sila-sila yang lain merupakan pengkhususan yang sempit.(2) Inilah bukti bahwa Indonesia sangat mengutamakan kerukunan hidup antarumat beragama.
Indonesia biasanya digunakan sebagai contoh negara yang mempunyai banyak macam agama, tetapi terjalin kerukunan antarumat beragama. Negara-negara yang dilanda kerusuhan agama, ada baiknya berpikir utuk mengambil sistem Pacasila kita.(3)Dengan mengambil system Pancasila kita, harapannya akan tercipta kerukunan hihup beragama di Negara lain, sehingga tercipta kedamaian dunia.
Di balik kerukunan hidup beragama, kita sebagai umat beragama biasa (bukan ahli agama dan filsafat) dihadapkan suatu dilemma yang sangat membingungkan, yaitu adanya dua kemungkinan yang harus dipilih. Akan tetapi, dua kemungkinan tersebut berakibat buruk bila dilakukan. Dan orang yang berada dalam situasi tersebut harus menentukan pilihan untuk mengambil sikap karena, hanya itulah pilihannya.
Dengan adanya latar belakang tersebut, penulis akan memaparkan dilemma yang dihadapi umat beragama. Penulis juga akan mencoba memberikan solusi/pemecahan masalah tersebut.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beerapa masalah, yaitu:
a. Dilemma apa yang dihadapi umat beragama?
b. Apa solusi yag dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?

B. PEMBAHASAN

1. Dilemma yang Dihadapi Umat Beragama
Sebagian besar Warga Negara Indonesia mempunyai/menganut agama. Hampir tidak ada orang yang tidak mengakui adanya Tuhan. Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.(4) Hal ini dikarenakan adanya nilai dalam Pencasila yang mengatur orang untuk beragama. Dengan adanya agama, manusia akn hidup lebih teratur dan terikat untuk melakukan kebaikan dan menghindari sifat-sifat buruk.
Sebagai warga negara Indonesia, yaitu negara yang menpunyai banyak agama di dalamnya, kita sebagai umat beragama harusnya menjalin hubungan baik dengan agama lain. Kita menghargainya dan tidak mengganggu peribadatan agama lain. Jika kita menghargai/menghormati agama lain dalam peribadatannya, maka peribadatan kita pun tidak akan diganggu oleh pemeluk agama lain, karena pada dasarnya setiap agama cinta pada kerukunan dan perdamaian.
Kita sebagai orang awam, tentunya kurang mengetahui ilmu agama secara detail dan mendalam. Apalagi ilmu filsafat keagamaan. Adanya kekurangan kita tersebut, akan membawa pada sebuah dilemma yang harus dipilih. Pepatah mengatakan “Bagai makan buah simanakama”. Ibarat sebuah makanan, jika makanan itu kita makan, ibu mati. Sedangkan jika tidak kita makan, ayah lah yang mati. Jika dihadapkan masalah tersebut, tentunya kita binggung untuk memilihnya. Begitu juga yang dialami oleh orang beragama biasa.mereka dihadapkan dua pilihan yang menjatuhkan.
Memang banyak umat beragama yang merasa dingin-dingin saja dalam menghadapi masalah agama, tapi di lain pihak, banyak juga yang sungguh-sungguh serius dalam menghayati agama, sehingga mereka yakin bahwa agama merekalah satu-satunya agama yang benar. Hanya agamanya lah yang akan membahagiakan umat. Hanya agamanya lah yang akan membawa kenyamanan dan kerukunan. Hanya agamanya lah yang dikehendaki Tuhan.
Dilemma yag mereka hadapi adalah, di satu pihak jika mereka sungguh-sungguh yakin pada agama, dan mereka hidup sepenuhnya menurut keyakinan itu, maka mereka harus menganggap bahwa orang yang menganut agama selain agamanya adalah orang-orang yang salah, orang-orang yang sesat, bahkan akan membawa ketidaknyamanan di masyarakat. Mereka akan menjadi bibit munculnya perselisihan. Akan tetapi, jika kita pandang dalam kerukunan hidup antarumat beragama, orang yang berpaham seperti itulah yang akan menjadi sumber permusuhan dan perselisihan dalam masyarakat. Orang yang tidak menjaga kerukunan hidup atarumat beragama, mereka melawan hukum paling tinggi dalam agama sendiri, yaitu hukum toleransi dan cinta kasih.(5) Seseorang yang melanggar hukum tertinggi, tentunya akan mendapat balasan/hukum yang berat, bahkan pada konteks ini, mereka melanggar dengan apa yang inin mereka ciptakan.
Dari lain pihak, jika mereka mau hidup dalam kerukunan dan persahabatan dengan orang-orang beragama lain, maka itu artinya mereka melakukan suatu relatifisme dan menganggap benar agama lain. Sehingga, dapat diartikan bahwa mereka menganggap semua agama adalah benar dan sama saja. Dengan demikian, mereka melanggar keyakinan hati mereka sendiri, mereka telah melanggar kesetiaannya pada agama yang mereka yakini. Hal inilah yang menjadi dilemma dan mengganggu ketenangan hidup orang beragama biasa.

2. Solusi Pemecahan Masalah
Suatu permasalahan tentu ada solusi/pemecahan masalahnya. Pemecahan masalah tersebut tidak berarti bahwa umat biasa tersebut mencari jalan tengah dengan persentase intoleransi 50% dan relativisme 50%. Akan tetapi, perlu dibedakan nilai-nilai hidup manusia pada jenjang tertentu. Jenjang pada diri manusia dibedakan menjadi empat bidang besar, yaitu: bidang fisio-kimis, bidang biotis, bidang psikologis (dengan mekanisme jiwa, misal naluri dan emosi spontan), dan bidang human.(6) Bidang human menyangkut masalah nilai religius (agama yang dianut seseorang), sedangkan nilai religius adalah nilai paling tinggi yang menentukan semua bidang lainnya. Nilai religius merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak.(7) Dengan demikian, bagaimanapun juga kita harus tunduk dan patuh dengan nilai-nilai dalam agama.



Upaya yang dapat kita lakukan adalah:
a. Penghayatan Agama yang Benar
Penghayatan agama yang benar mendorong manusia untuk memuliakan hidup di dunia, dengan mengusahakannya menjadi lebih hormat kepada kehidupannya, lebih adil dan merdeka, serta lebih sejahtera.(8) Seseorang yang mengetahui dan menghayati agama dengan benar beranggapan bahwa dunia adalah ladang untuk pengabdiannya kepada Tuhan dan akan mendapat balasanNya di akhirat. Sehingga, ia akan senantiasa merasa senang hidup di dunia, karena sesuatu sudah di atur oleh Tuhan. Semua yang terjadi padanya semata-mata hanyalah takdir Tuhan, dan takdir Tuhan tersebut tidak akan berubah, tanpa mereka ubah sendiri.
Beribadah dan berdoa pada umumnya tidak harus dilakukan bersama. Doa bersama secara agak umum pada waktu tertentu dapat dilakukan, tetapi tidak harus menjadi suatu kebiasaan. Dalam hal ini, orang biasa bisa tetap berpegang teguh pada keyakinannya bahwa orang beragama selain agamanya adalah keliru. Ia dapat berharap bahwa agamanya sendiri akan semakin menarik untuk orang lain. Di sisi lain, ia tetap menghargai keyakinan pemeluk agama lain, mengagumi keseriusannya dan tidak mengganggu serta memaksakan agamanya pada orang lain. Orang beragama lain juga bisa hadir dalam peribadatan dan doa orang lain, tetapi juga bukan merupakan suatu kebiasaan. Dengan demikian orang biasa dapat memperoleh inspirasi dari peribadatan agama lain, bahkan hal ini dapat meningkatkan keimanan dan keyakinannya pada agamanya sendiri. Ia akan merasa mantab dan yakin bahwa agamanya lah yang benar, tanpa harus terus terang menyalahkan agama lain.
Selain itu, dapat juga dilakukan dialog agama. Dalam dialog tersebut, para pemuka agama akan bertukar pikiran dan pendapat dengan pemuka agama lain. Akan tetapi, dialog agama itu juga harus dilakukan dengan kekeluargaan. Misalnya dengan pembuatan kontrak kerja/peraturan yang mengatur jalannya acara dialog agama.tanpa adanya peraturan yang jelas, dapat mengakibatkan perselisihan antaragama.
b. Kerjasama dalam Bidang Non Agama
Kerjasama oleh orang-orang biasa harus dilakukan selain bidang agama, yaitu kerjasama dalam bidang hunan misalnya seni, pendidikan, bidang sosial, politik, ekonomi, psikologi, dan teknologi. Sebagai contoh kerjasama dalam bidang sosial adalah untuk membangun sebuah rumah, atau memperbaiki jalan. Umat berbeda agama bekerjasama untuk menegakkan prinsip-prinsip etis dan hak-hak asasi, sehingga masyarakat bersuasana human dan membahagiakan.(9) Kerjasama dalam bidang non agama ini dapat meningkatkan keakraban dan kekeluargaan dengan pemeluk agama lain, sehingga tercipta kerukuna hidup antarumat beragama.

C. KESIMPULAN
Umat biasa (tidak ahli dalam bidang agama atau filsafat) yang menghayati agama dengan sungguh-sungguh akan dihadapkan oleh sebuah dilemma yang sangat membingungkan. Di satu pihak, jika mereka sungguh-sungguh yakin pada agama, dan mereka hidup sepenuhnya menurut keyakinan itu, maka mereka harus menganggap bahwa orang yang menganut agama selain agamanya adalah orang-orang yang salah.
Dari lain pihak, jika mereka mau hidup dalam kerukunan dan persahabatan dengan orang-orang beragama lain, itu artinya mereka melakukan suatu relatifisme, menganggap benar agama lain.
Upaya yang dapat kita lakukan untuk mengatasi dilemma tersebut yaitu dengan penghayatan agama yang benar, dan kerjasama dengan agama lain dalam bidang non agama. Penghayatan agama yang benar akan mendorong seseorang untuk selalu merasa senang dan bangga dengan agamanya. Sedangkan agama lain adalah suatu pelajaran yang dapat dipetik untuk meningkatkan keyakinannya pada agamanya. Selain itu, adanya dialog agama juga dapat memantabkan keyakinan seseorang dalam beragama. Kerjasama dengan agama lain dalam bidang non agama misalnya dalam bidang seni, pendidikan, bidang sosial, politik, ekonomi, psikologi, dan teknologi. Dengan adanya kerjasama di bidang non agama, dapat meningkatkan dan kekeluargaan antarpemeluk agama yang berbeda.

(1) Rukiyati, dkk, Pendidikan Pancasila:”Buku Pegangan Kuliah”, (Yogyakarta: UNY Press, 2008), hlm. 29.
(2) Abdul Karim, Mengenal Muatan Pancasila dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: Suryaraya, 2004), hlm. 18.
(3) Nurcholis Madjid, Hubungan Antarumat Beragama: “Antara Ajaran dan Kenyataan”, (Jakarta: INIS, 1990), hlm. 107.
(4) Rukiyati, dkk, op.cit, hlm. 66.
(5) Anton Bakker, Dilemma Umat Beragama, (Jakarta: INIS, 1990), hlm. 117.
(6) Anton Bakker, op.cit, hlm.118.
(7) Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma ReformasiI, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm. 47.
(8) Mahrus Ali dan Nurhuda, Pergulatan Membela yang Benar: “Biografi Matori Abdul Djalil, (Jakarta: Buku Kompas, 2008), hlm. 17.
(9) Anton Bakker, op.cit, hlm. 119.

Perkembangan Peserta Didik

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan zaman membuat kita terlena dalam menaggapi apa yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Kita sebagai mahasiswa, yaitu calon guru/pendidik biasanya tidak memikirkan perkembangan yang terjadi pada diri peserta didik, bahkan pada diri kita sendiri.
Guru adalah sosok yang sangat penting dalam pembelajaran anak. Guru akan menjadi panutan bagi anak sebagai peserta didik. Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada diri peserta didik juga tak kalah pentingnya untuk diketahui serta dimengerti oleh seorang guru. Dengan mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada peserta didik, diharapkan kita dapat memahami perilaku-perilaku yang dilakukan peserta didik, karena perilaku itu sebenarnya tugas yang telah diembankan Sang Pencipta kepada semua makhlukNya. Selain itu, kita juga dapat mengetahui tugas-tugas yang seharusnya dibebankan pada peserta didik pada tahapan umur tertentu, sehingga peserta didik tidak akan keberatan dalam menghadapi tugas yang diberikan padanya.
Maka dari itu, pengetahuan tentang perkembangan peserta didik perlu kita kaji sejak dini. Hal ini akan menjadi awal perjuangan kita untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan tepat sehingga akan mencetak generasi penerus bangsa yang unggul dan dapat membawa nama baik negara Indonesia.







BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan peserta didik berasal dari dua frase kata, yaitu “perkembangan” dan “peserta didik”. Perkembangan adalahproses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju(Syah, 2005: 41).Pertumbuhan berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya.Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan.Perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan yaitu, pertumbuhan bersifat kuantitatif, sedangkan perkembangan bersifat kualitatif.
Menurut Kamus Basar Bahasa Indonesia (1990), perkembangan adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” Menurut Kamus Basar Bahasa Indonesia berarti mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya.
Pesertadidik merupakan input dalam organisasi sekolah dan bahan mentah yang harus diolah oleh sekolah untuk menjadi input yang berkualitas pada jenjang pendidikan berikutnya. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan (Siswoyo, dkk, 2008: 87).
Pengertian peserta didik menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Potensi peserta didik diolah melalui proses pembelajaran (kegiatan belajar mengajar), di mana melalui kegiatan belajar itu peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan saja melainkan mampu menemukan pengetahuan, mampu bekerjasama, berkomunikasi, memiliki jiwa toleransi dan saling pengertian, serta memiliki kemampuan untuk berkompetisi.
Jadi, perkembangan peserta didik adalah proses pertumbuhan ke arah lebih maju yang terjadi pada anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran.

B. Fase-Fase Perkembangan dan Tugasnya
Setiap orang berkembang dengan karakteristik sendiri-sendiri.Hampir sepanjang waktu perhatian kita tertuju pada keunikan masing-masing.Sebagai manusia, setiap orang melalui jalan-jalan yang umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan pada usia satu tahun, berjalan pada usia dua tahun, tenggelam pada permainan saat kanak-kanak dan belajar mandiri pada usia remaja.
Proses biologis pada manusia meliputi perubahan-perubahan fisik individu. Gen yang diwarisi dari orang tua, perkembangan otak, penambahan tinggi dan berat, keterampilan motorik, dan perubahan hormon pada masa puber mencerminkan peranan proses-proses biologis dalam perkembangan.
Proses kognitif meluputi perubahan-perubahan yang terjadi pada individu mengenai pemikiran, kecerdasan dan bahasa. Mengamati gerakan main bayi yang digantung, menghubungkan dua kata menjadi kalimat, menghafal puisi dan memecahkan soal-soal matematik merupakan peranan proses kognitif dalam perkembangan anak.
Proses sosial meliputi perubahan-perubahan yang terjadi pada hubungan individu dengan orang lain, perubahan-perubahan emosi dan perubahan-perubahan kepribadian. Senyuman bayi srbagai respons terhadap sentuhan ibunya, sikap agresif anak laki-laki terhadap teman mainnya, kewaspadaan seorang gadis terhadap lingkungannya merupakan peranan proses sosial dalam perkembangan anak.Perlu diingat bahwa antara ketiga proses, yaitu biologis, kognitif, dan sosial terdapat jalinan yang kuat.
Perkembangan peserta didik dibagi berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase. MenurutSyah (2005: 50),perkembangan dibagi menjadi enam fase yaitu: fase bayi dan kanak-kanak, fase anak-anak, fase remaja, fase dewasa, fase setengah baya, dan fase usia tua.Secara lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

1. Fase Bayi dan Kanak-Kanak
Secara kronologis, masa bayi berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun.Sedangkan masa kanak-kanak adalah masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun hingga usia antara lima atau enam tahun.
Adapun tugas perkembangan untuk masa bayi adalah :
• Belajar makan makanan padat
• Belajar berjalan
• Belajar bicara
• Belajar menguasai alat pembuangan kotoran
(Izzaty, dkk, 2008: 73)
Sedangkan tugas perkembangan untuk masa kanak-kanak adalah :
• Belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin
• Kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang lain
• Pembentukan pengertian sederhana, meliputi realitas fisik dan realitas sosial
• Belajar apa yang benar dan apa yang salah
• Perkembangan kata hati
(Izzaty, dkk, 2008: 98)

2. Fase Anak-Anak
Masa anak-anak berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun, sama dengan usia anak Sekolah Dasar. Ciri-ciri fase anak-anak adalah memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya, keadaan fisik yang memungkinkan/mendorong anak memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani dan memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbol, dan komunikasi yang luas (Syah, 2005: 51).
Menurut Sukmadinata (2004: 123), tugas perkembangan yang dituntut pada masa anak-anak adalah:
• Belajar kemampuan fisik yang diperlukan dalam permainan
• Perkembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang
• Belajar berkawan dengan teman sebaya
• Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau perempuan
• Belajar menguasai keterampilan-keterampilan dasar, yaitu membaca, menulis, dan menghitung
• Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
• Pengembangan moral, nilai, dan hati nurani
• Memiliki kemerdekaan pribadi
• Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial

3. Fase Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan dewasa. Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali pada masa sebelumnya, tetapi puncaknya terjadi pada masa ini.
Menurut Ali (2004: 10), tugas perkembangan pada masa remaja adalah :
• Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
• Mencapai peran sosial pria dan wanita
• Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan secara efektif
• Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
• Mencapai jasmani kebebasan ekonomis
• Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan
• Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga
• Mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi kewarganegaraan
• Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku

4. Fase Dewasa
Masa dewasa awal adalah fase perkembangan saat seorang remaja memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40 tahun. Sebelum memasuki masa ini, seorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap ambang dewasa atau masa remaja akhir.
Adapun tugas-tugas perkembangan orang dewasa yang merupakan perwujudan harapan-harapan atau tuntutan-tuntutan sosiokultur dikemukakan garis-garis besarnya dalam bagian ini, yaitu ;
• Memilih pasangan hidup
• Belajar hidup bersama sebagai pasangan suami-istri
• Mulia hudup dalam satu keluarga (pasangan dan anak)
• Belajar mengasuh anak
• Mengelola rumah tangga
• Mulai bekerja atau membangun karir
• Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara
• Bergabung dengan aktivitas atau perkumpulan sosial
(Izzaty, dkk, 2008: 158)

5. Fase Setengah Baya
Masa setengah baya adalah masa yang berlangsung antara usia 40 sampai 60 tahun. Masa ini sering dijuluki masa pubertas kedua karena mereka senang lagi bersolek, mudah marah, bahkan jatuh cinta lagi.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah baya adalah sebagai berikut :
• Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa
• Membantu anak-anak yang berusia belasan tahun (khususnya anak kandungnya sendiri)agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab
• Mengembangkan aktifitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya
• Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya (dengan suami atau istri) sebagai seorang pribadi yang utuh
• Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya
• Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier
• Menyesuaikan diri dengan perikehidupan (khususnya dalam hal cara bersikap dan bertindak) orang-orang yang berusia lanjut
(Syah, 2005: 54)

6. Fase Usia Tua
Masa tua adalah fase terakhir kehidupan manusia. Masa ini berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya nafas terakhir. Pada masa ini terjadi perubahan kemampuan motorik yaitu menurunnya kekuatan otot-otot tangan dan otot-otot yang menyangkut seluruh tubuh.
Menurut Izzaty, dkk (2008: 165) tugas-tugas perkembangan pada fase usia tua adalah :
• Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
• Menyesuaikan diri dengan kemunduran dan berkurangnya pendapatan
• Menyesuaikan diri atas kematian pasangannya
• Menjaga anggota kelompok sebaya
• Mengikuti pertemuan-pertemuan sosial dan kewajiban-kewajiban sebagai warga Negara
• Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
• Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel

C. Aspek-Aspek Perkembangan
Menurut Fitrihana (2008:http://batikyogya.wordpress.com), aspek-aspek perkembangan peserta didik yaitu: perkembangan fisik, perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan kepribadian, danperkembangan moral.
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik menyangkut perkembangansyaraf, otot, kelenjar endokrin, dan struktur fisik. Contohnya yaitu perkembangan kekuatan, ketahanan, kecepatan, kecekatan, dan keseimbangan. Menurut Makmur (2003: 95), perkembangan fisik mencakup aspek-aspek antagonis dan fisiologis.
a. Perkembangan Antagonis
Perkembangan antagonis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang-belulang.
b. Perkembangan Fisiologis
Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif, kualitatif, dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati.
2. Perkembangan Intelektual
Tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan adalah proses berfikir formal. Setiap tahap perkembangan dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang didapat peserta didik akan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi dan akomodasi.
3. Perkembangan Emosi
Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya :
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa ( frustasi ).
c. Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
4. Perkembangan Bahasa
Yang membedakan antara manusia dan hewan adalah kemampuan berbahasa.Bahasa dapat berbentuk lisan, atau tulisan dengan menggunakan tanda, huruf, bilangan, bunyi, sinar, atau cahaya yang merupakan kata-kata atau kalimat. Mungkin juga berbentuk gambar atau lukisan, gerak-gerik, dan mimic serta bentuk-bentuk simbol ekspresif lainnya.
MenurutValmband (2008:http://valmband.multiply.com),emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri – ciri sebagai berikut :
a. Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir
b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera
5. Perkembangan Sosial
Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial, yaitu tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Seseorang pasti menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seharusnya ia lakukan seperti yang diharapkan orang lain.
6. Perkembangan Kepribadian
Menurut Makmur (2003: 116) jenis kecenderungan manusia yang akan berkembang menjadi karakteristik kepribadian, ialah tipe-tipe :
a. Teoritis, cenderung menggandrungi dan mencari nilai kebenaran
b. Ekonomis, cenderung selalu menilai dari segi kemanfaatan, kepraktisan, dan pertimbangan untung rugi
c. Estetis, cenderung ke arah menilai dari segi kemanfaatan, kepraktisan, dan pertimbangan untung rugi
d. Sosial, mengabdikan diri dan sangat mencintai masyarakat sesamanya
e. Politiks, cenderung untuk memperoleh kekuasaan, berkausa
f. Religious, cenderung selalu berusaha memahami rahasia alam semesta dan mengabdikan dirinya kepada Maha Penciptanya




7. Perkembangan Moral
Menurut Siswoyo, dkk (2008: 109), Tahap-tahap perkembangan moral diperinci sebagi berikut :
a. Pre-conventional, terdapat dua tingkatan, yaitu moralitas heteronous dan moralitas individu.
b. Conventional, terdapat dua tingkatan sebagai kelanjutan dari sebelumnya yaitu moralitas harapan saling antar individu dan moralitas sistem sosial dan kata hati.
c. Post-conventional, terdapat tiga tingkatan, yaitu tingkat transisi, moralitas kesejahteraan sosial dan hak manusia, serta moralitas yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral yang umum.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
MenurutIzzaty, dkk (2008: 9), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik yaitu:
1. Faktor Internal
a. Kondisi Fisik
Faktor fisik adalah faktor biologis yang mempengaruhi individu pada gen yang diturunkan dari orang tuanya, yaitu mencakup penentuan warna kulit, rambut,ukuran tubuh, jenis kelamin, emosi dan kemampuan intelektual.
b. Kondisi psikis
Kondisi fisik dan psikis sangat berkaitan. Perkembangan individu yang menyangkut aspek fisik, intelektual yaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral. Kondisi fisik yang tidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu terhadap kemampuan dirinya.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan fisik
Faktor lingkungan fisik mencakup kondisi keamanan, keadaan cuaca, geografis, kebersihan serta keadaan rumah. Kondisi yang tidak sesuai dengan individu akan menimbulkan tekanan pada individu tersebut.
b. Lingkungan non fisik
Lingkungan non fisik meliputi berbagai macam komponen, yaitu keluarga, pendidikan dan masyarakat yang akan mempengaruhi perkembangan individu.
Menurut Izzaty, dkk (2008: 14), faktor yang berkenaan dengan faktor non fisik adalah faktor psikososial, yaitu stimulasi, motivasi dalam mempelajari sesuatu, dan pola asuh dan kasih sayang dari orang tua.
Menurut Sofa (2008: http://massofa.wordpress.com), faktor-faktor yang mempengauhi perkembangan adalah kecerdasan, temperamen dan interaksi keturunan lingkungan dan perkembangan.
1. Kecerdasan
Sebagian beser, kecerdasan dipengaruhi oleh faktor keturunan. Lingkungan dan budaya hanya mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan.
2. Temperamen
Temperamen adalah gaya/perilaku karakteristik individu dalam merespons.Ahli-ahli perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen bayi.Sebagian bayi sangat aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan mulutnya dengan keras, sebagian lagi lebih tenang, sebagian anak menjelajahi lingkungannya dengan giat pada waktu yang lama dan sebagian lagi tidak demikian.Sebagian bayi merespons orang Iain dengan hangat, sebagian lagi pasif dan acuh tak acuh.
MenurutSofa(2008:http://massofa.wordpress.com), tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah, sulit, dan lambat untuk dibangkitkan :
a. Anak yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang positif dan dapat dengan cepat membentuk kebiasaan yang teratur, serta dengan mudah pula menyesuaikan diri dengan pengalaman baru.
b. Anak yang sulit cenderung bereaksi secara negatif serta sering menangis dan lambat untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.
c. Anak yang lambat untuk dibangkitkan mempunyai tingkat kegiatan yang rendah, kadang-kadang negatif, dan penyesuaian diri yang rendah dengan lingkungan atau pengalaman baru.
3. Interaksi keturunan lingkungan dan perkembangan
Keturunan dan lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan menghasilkan individu dengan kecerdasan, temperamen tinggi dan berat badan, minat yang khas. Bila seorang gadis cantik dan cerdas terpilih menjadi ketua OSIS, apakah kita akan berkesimpulan bahwa keberhasilannya itu hanya karena lingkungan, keturunan, atau lainnya? Tentu saja karena keduanya.Karena pengaruh lingkungan bergantung kepada karakteristik genetik, maka dapat dikatakan bahwa antara keduanya terdapat interaksi.
Pengaruh genetik terhadap kecerdasan terjadi pada awal perkembangan anak dan berlanjut terus sampai dewasa. Kita ketahui pula bahwa dengan dibesarkan pada keluarga yang sama dapat terjadi perbedaan kecerdasan secara individual dengan variasi yang kecil pada kepribadian dan minat. . Salah satu alasan terjadinya hal itu ialah mungkin karena keluarga mempunyai penekanan yang sama kepada anak-anaknya berkenaan dengan perkembangan kecerdasan yaitu dengan mendorong anak mencapai tingkal tertinggi. Mereka tidak mengarahkan anak ke arah minat dan kepribadian yang sama. Kebanyakan orang tua menghendaki anaknya untuk mencapai tingkat kecerdasan di atas rata-rata.


BAB III
PENUTUP

Perkembangan peserta didik adalah proses pertumbuhan ke arah lebih maju yang terjadi pada anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran.
Perkembangan dibagi menjadi enam fase yaitu: fase bayi dan kanak-kanak, fase anak-anak, fase remaja, fase dewasa, fase setengah baya, danfase usia tua. Dengan mengetahui fase-fase perkembangan, diharapkan dapat menjadi tolok ukur dalam pemberian tugas kepada peserta didik.
Aspek-aspek perkembangan peserta didik antara lain :perkembangan fisik, perkembangan intelegtual, perkembangan emosi, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan kepribadian, danperkembangan moral.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Yang termasuk faktor internal adalah kondisi fisik dan kondisi psikis, sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Selain itu, perkembangan peserta didik juga dipengaruhi oleh kecerdasan, temperan, dan interaksi keturunan lingkungan dan perkembangan.
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik diharapkan kita sebagai calon pendidik akan tahu tentang apa yang terjadi pada diri kita, maupun diri peserta didik yang akankita ampu. Dengan pengetahuan itu, kita akan mudah untuk memahami perilaku yang dilakuan oleh peserta didik.






DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 2005. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fitrihana, Noor. 2008. Perkembangan Peserta Didik.
http://batikyogya.wordpress.com.
Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press.
Makmur, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Siswoyo, Dwi, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan dan pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Sofa. 2008. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik.
http://massofa.wordpress.com.
Valmband. 2008. Perkembangan Emosi Valmband.
http://valmband.multiply.com.

Aku Cinta Indonesia...

Thank You Myspace Comments