Welcome Myspace Comments

FENOMENOLOGI

PENGERTIAN
Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani, phenom, yaitu sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercahaya, yang di dalam bahasa Indonesia disebut ?gejala?. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau segala sesuatu yang menampkan diri.
Fenomenalisme ajaran Kant
Immanuel kant, filusuf jerman abad XVIII, melakukan pendekatan kembali terhadap masalah diatas
Menurut, Maurice Merleau-Ponty, "fenomenologi adalah daftar kesadaran-kesadaran sebagai tempatnya alam"
Tokoh Fenomenologi adalah Edmund Husserl(1859-1938),yang berpendapat bahwa ada kebenaran untuk semua orang dan manusia dapat mencapainya. adapun intinya pemikiran menurut Hussel adalah bahwa untuk menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali kepada ?benda-benda? sendiri. dimaksudkan adalah bahwa ?benda-benda? diberi kesempatan untuk berbicara tentang hakekat dirinya. pernyataan tentang hakekat benda-benda tidak lagi tergantung pada orang yang membuat pernyataan, melaikan ditentukan oleh benda-benda itu sendiri.
Akan tetapi benda-benda tidaklah secara langsung memperlihatkan hakekat. hakekat benda itu ada dibalik yang kelihatan itu.karena pemikiran pertama (firs look)tidak membuka tabir menutupi hakekat ,maka diperlukan pemikiran kedua (second look).Alat yang digunakan untuk menemukan pada pemikiran kedua ini adalah intuisi dalam menemukan hakekat .
Dalam usaha melihat hakekat intuisi ,Hussel memperkenalkan pendekatan reduksi yang artinya adalah penundaan segala pengetahuaan yang ada tentang objek sebelum pengamatan intuisi dilakukan. Produksi juga dapat di artikan penyaringan atau pengecilan. Istilah lain yang digunakan oleh Husserl adalah epoche yang artinya sebagai penempatan suatu diantaara dua karung. Namun yang dimaksud adalah merupakan pengertian-pengertian tentang obyek untuk sementara dan berusaha melihat obyek secara langsung dengan intuisi tanfan bantuan pengertiuan-pengertian yang ada sebelumnya, reduksi ini ialah salah satu prinsif yang mendasari sikap penomenologis. Untuk mengetahui sesuatu, seorang penomenologis bersifat netral. Tidak menggunakan teori-teori. Atau pengertian-pengertian yang ada dalam hal ini di beri kesempatan? berbicara tentang dirinya sendiri?.
Ada tiga reduksi yang di tempuh untuk mencapai fenomena dalam pendekatan penomenologi yaitu:
reduksi penomenologis
reduksi eidetis
reduksi Fenomenologi transedental
reduksi penomenologis
fenomena seperti di sebut di atas adalah menampakan diri. Dalam praktik kehidupan sehari-hari, kita tidak memperhatikan penampakan itu apa yang kita lihat secara sepontan sudah cukup meyakinkan kita bahwa obyek yang kita lihat adalah ril atu nyata, kita telah meyakini sebagai realitas di luar kita, akan tetapi, karena yang dituju oleh fenomenologi adalah realitas dalam arti yang ada di luar dirinya dan ini hanya dapat di capai dengan" mengalami" secara intuitif' maka apa yang kita anggap sebagai realitas dalam pandangan biasa itu untuk sementara harus di tinggalkan atu di buat dalam kurung. Segala subjektivitas disingkirkan. Termasuk di dalam hal ini teori-teori, kebiasaan-kebiasan dan pandangan-pandangan yang telah membentuk pikiran kita memandang sesuatu (fenomena) sehingga yang timbul di dalam kesadaran adalah fenomena itu sendiri. Karena itulah reduksi ini di sebut fenomenologi.
Reduksi pertama ini merupakan "pembersihan diri" dari segala subjektivitas yang dapat mengganggu perjalannan realitas itu.
Reduksi Eidetis
Eidetis berasal dari kata eidos, yaitu inti sari. Reduksi eidetis ialah penyaringan atau penempatan di dalam kurung. Segala hal yang bukan eidos, inti sari atu realitas fenomena. Hasil kedua reduksi ini adalah penilikan relitas. Dengan reduksi eidetis, semua sgi, aspek dan profil dalam fenomenologi yang hanya di kesampingkan. Karena aspek dan profil tidak pernah menggambarkan objel secara utuh. Setiap objek adalah kompleks mengandung aspek dan profil yang tiada terhingga.
Hakikat(realitas) yang di cari dalam hal ini adalah struktur dasar yang meliputi isi fundamental dan semua sifat hakiki. Untuk menentukan apakah sifat-sifat tertentu adaklah hakikat atau bukan, Husserl memakai proserdur mengubah contoh-contoh. Ia menggambarkan contoh-contoh tertentu yang refersentatif melukiskan fenomena. Kemudian di kurangi atau di tambah salah satu sifat. Pemgurangan atu penambahan yang tidak mengurangi atau menambah makna fenomena dianggap sebagai sifat-sifat yang hakiki.
Reduksi eidetis ini menunjukan bahwa dalam fenomenologi criteria kohersi berlaku, artinya, pengamatn-pengamatan yang beruntun terhadap objek harus dapat di satukan dalam suatu horizon yang konsisten. Setiap pengamatan memberi akn tindakan-tindakan yang sesuai dengan yang pertama atau yang selanjutnya.
Reduksi fenomenologi-transendental
Di dalam reduksi ini yang di tampilkan diantaranya dua kurung adalah eksistensi dan segala sesuatu yang tidak mempunyai hubungan timbale balik dengan kesadaran murni, agar dari objek itu akhirnya orang sampai kepada apa yang ada pada subjek sendiri. Reduksi ini dengan sendirinya bukan lagi mengenai objek, atau fenomena bukan mengenai hal-hal yang menampakan diri kepada kesadaran. Reduksi ini merupakan pengarahan ke subjek dan mengenai hal-hal yang menampakan diri dalam kesadaran. Dengan demikian, yang yinggal sebagai hasil reduksi ini adalah aktus kesadaran sendiri. Kesadaran di sini bukan pula kesadaran empiris lagi., bukan kesadaran dalam arti menyadarkan diri berdasarkan penemuan dengan fenomena tertentu. Kesadaran yang di temukan adalah kesadaran yang bersifat murni atau transcendental, yaitu yang ada bagi diriku di dalam aktrus-aktrus. Dengan singkat dapat disebut sebagai subjektivitas atau "aku" transcendental.

http://209.85.175.104/search?q=cache:3Lp3IVOx49cJ:hmi-jogja.com/forum.php%3Fpilih%3Dforum%26mod%3Dyes%26topik%3D11%26balas%3D17%26act%3Dviewtopik+%22tokoh+fenomenologi%22&hl=id&ct=clnk&cd=6&gl=id

karya edmund husserl yang berjudul l’ Origine de la Gẻomẻtrie (Foundations of Geometry) pada tahun 1962 PENGERTIAN
Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani, phenom, yaitu sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercahaya, yang di dalam bahasa Indonesia disebut ?gejala?. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau segala sesuatu yang menampkan diri.
Fenomenalisme ajaran Kant
Immanuel kant, filusuf jerman abad XVIII, melakukan pendekatan kembali terhadap masalah diatas
Menurut, Maurice Merleau-Ponty, "fenomenologi adalah daftar kesadaran-kesadaran sebagai tempatnya alam"
Tokoh Fenomenologi adalah Edmund Husserl(1859-1938),yang berpendapat bahwa ada kebenaran untuk semua orang dan manusia dapat mencapainya. adapun intinya pemikiran menurut Hussel adalah bahwa untuk menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali kepada ?benda-benda? sendiri. dimaksudkan adalah bahwa ?benda-benda? diberi kesempatan untuk berbicara tentang hakekat dirinya. pernyataan tentang hakekat benda-benda tidak lagi tergantung pada orang yang membuat pernyataan, melaikan ditentukan oleh benda-benda itu sendiri.
Akan tetapi benda-benda tidaklah secara langsung memperlihatkan hakekat. hakekat benda itu ada dibalik yang kelihatan itu.karena pemikiran pertama (firs look)tidak membuka tabir menutupi hakekat ,maka diperlukan pemikiran kedua (second look).Alat yang digunakan untuk menemukan pada pemikiran kedua ini adalah intuisi dalam menemukan hakekat .
Dalam usaha melihat hakekat intuisi ,Hussel memperkenalkan pendekatan reduksi yang artinya adalah penundaan segala pengetahuaan yang ada tentang objek sebelum pengamatan intuisi dilakukan. Produksi juga dapat di artikan penyaringan atau pengecilan. Istilah lain yang digunakan oleh Husserl adalah epoche yang artinya sebagai penempatan suatu diantaara dua karung. Namun yang dimaksud adalah merupakan pengertian-pengertian tentang obyek untuk sementara dan berusaha melihat obyek secara langsung dengan intuisi tanfan bantuan pengertiuan-pengertian yang ada sebelumnya, reduksi ini ialah salah satu prinsif yang mendasari sikap penomenologis. Untuk mengetahui sesuatu, seorang penomenologis bersifat netral. Tidak menggunakan teori-teori. Atau pengertian-pengertian yang ada dalam hal ini di beri kesempatan? berbicara tentang dirinya sendiri?.
Ada tiga reduksi yang di tempuh untuk mencapai fenomena dalam pendekatan penomenologi yaitu:
reduksi penomenologis
reduksi eidetis
reduksi Fenomenologi transedental
reduksi penomenologis
fenomena seperti di sebut di atas adalah menampakan diri. Dalam praktik kehidupan sehari-hari, kita tidak memperhatikan penampakan itu apa yang kita lihat secara sepontan sudah cukup meyakinkan kita bahwa obyek yang kita lihat adalah ril atu nyata, kita telah meyakini sebagai realitas di luar kita, akan tetapi, karena yang dituju oleh fenomenologi adalah realitas dalam arti yang ada di luar dirinya dan ini hanya dapat di capai dengan" mengalami" secara intuitif' maka apa yang kita anggap sebagai realitas dalam pandangan biasa itu untuk sementara harus di tinggalkan atu di buat dalam kurung. Segala subjektivitas disingkirkan. Termasuk di dalam hal ini teori-teori, kebiasaan-kebiasan dan pandangan-pandangan yang telah membentuk pikiran kita memandang sesuatu (fenomena) sehingga yang timbul di dalam kesadaran adalah fenomena itu sendiri. Karena itulah reduksi ini di sebut fenomenologi.
Reduksi pertama ini merupakan "pembersihan diri" dari segala subjektivitas yang dapat mengganggu perjalannan realitas itu.
Reduksi Eidetis
Eidetis berasal dari kata eidos, yaitu inti sari. Reduksi eidetis ialah penyaringan atau penempatan di dalam kurung. Segala hal yang bukan eidos, inti sari atu realitas fenomena. Hasil kedua reduksi ini adalah penilikan relitas. Dengan reduksi eidetis, semua sgi, aspek dan profil dalam fenomenologi yang hanya di kesampingkan. Karena aspek dan profil tidak pernah menggambarkan objel secara utuh. Setiap objek adalah kompleks mengandung aspek dan profil yang tiada terhingga.
Hakikat(realitas) yang di cari dalam hal ini adalah struktur dasar yang meliputi isi fundamental dan semua sifat hakiki. Untuk menentukan apakah sifat-sifat tertentu adaklah hakikat atau bukan, Husserl memakai proserdur mengubah contoh-contoh. Ia menggambarkan contoh-contoh tertentu yang refersentatif melukiskan fenomena. Kemudian di kurangi atau di tambah salah satu sifat. Pemgurangan atu penambahan yang tidak mengurangi atau menambah makna fenomena dianggap sebagai sifat-sifat yang hakiki.
Reduksi eidetis ini menunjukan bahwa dalam fenomenologi criteria kohersi berlaku, artinya, pengamatn-pengamatan yang beruntun terhadap objek harus dapat di satukan dalam suatu horizon yang konsisten. Setiap pengamatan memberi akn tindakan-tindakan yang sesuai dengan yang pertama atau yang selanjutnya.
Reduksi fenomenologi-transendental
Di dalam reduksi ini yang di tampilkan diantaranya dua kurung adalah eksistensi dan segala sesuatu yang tidak mempunyai hubungan timbale balik dengan kesadaran murni, agar dari objek itu akhirnya orang sampai kepada apa yang ada pada subjek sendiri. Reduksi ini dengan sendirinya bukan lagi mengenai objek, atau fenomena bukan mengenai hal-hal yang menampakan diri kepada kesadaran. Reduksi ini merupakan pengarahan ke subjek dan mengenai hal-hal yang menampakan diri dalam kesadaran. Dengan demikian, yang yinggal sebagai hasil reduksi ini adalah aktus kesadaran sendiri. Kesadaran di sini bukan pula kesadaran empiris lagi., bukan kesadaran dalam arti menyadarkan diri berdasarkan penemuan dengan fenomena tertentu. Kesadaran yang di temukan adalah kesadaran yang bersifat murni atau transcendental, yaitu yang ada bagi diriku di dalam aktrus-aktrus. Dengan singkat dapat disebut sebagai subjektivitas atau "aku" transcendental.

http://209.85.175.104/search?q=cache:3Lp3IVOx49cJ:hmi-jogja.com/forum.php%3Fpilih%3Dforum%26mod%3Dyes%26topik%3D11%26balas%3D17%26act%3Dviewtopik+%22tokoh+fenomenologi%22&hl=id&ct=clnk&cd=6&gl=id

karya edmund husserl yang berjudul l’ Origine de la Gẻomẻtrie (Foundations of Geometry) pada tahun 1962 PENGERTIAN
Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani, phenom, yaitu sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercahaya, yang di dalam bahasa Indonesia disebut ?gejala?. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau segala sesuatu yang menampkan diri.
Fenomenalisme ajaran Kant
Immanuel kant, filusuf jerman abad XVIII, melakukan pendekatan kembali terhadap masalah diatas
Menurut, Maurice Merleau-Ponty, "fenomenologi adalah daftar kesadaran-kesadaran sebagai tempatnya alam"
Tokoh Fenomenologi adalah Edmund Husserl(1859-1938),yang berpendapat bahwa ada kebenaran untuk semua orang dan manusia dapat mencapainya. adapun intinya pemikiran menurut Hussel adalah bahwa untuk menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali kepada ?benda-benda? sendiri. dimaksudkan adalah bahwa ?benda-benda? diberi kesempatan untuk berbicara tentang hakekat dirinya. pernyataan tentang hakekat benda-benda tidak lagi tergantung pada orang yang membuat pernyataan, melaikan ditentukan oleh benda-benda itu sendiri.
Akan tetapi benda-benda tidaklah secara langsung memperlihatkan hakekat. hakekat benda itu ada dibalik yang kelihatan itu.karena pemikiran pertama (firs look)tidak membuka tabir menutupi hakekat ,maka diperlukan pemikiran kedua (second look).Alat yang digunakan untuk menemukan pada pemikiran kedua ini adalah intuisi dalam menemukan hakekat .
Dalam usaha melihat hakekat intuisi ,Hussel memperkenalkan pendekatan reduksi yang artinya adalah penundaan segala pengetahuaan yang ada tentang objek sebelum pengamatan intuisi dilakukan. Produksi juga dapat di artikan penyaringan atau pengecilan. Istilah lain yang digunakan oleh Husserl adalah epoche yang artinya sebagai penempatan suatu diantaara dua karung. Namun yang dimaksud adalah merupakan pengertian-pengertian tentang obyek untuk sementara dan berusaha melihat obyek secara langsung dengan intuisi tanfan bantuan pengertiuan-pengertian yang ada sebelumnya, reduksi ini ialah salah satu prinsif yang mendasari sikap penomenologis. Untuk mengetahui sesuatu, seorang penomenologis bersifat netral. Tidak menggunakan teori-teori. Atau pengertian-pengertian yang ada dalam hal ini di beri kesempatan? berbicara tentang dirinya sendiri?.
Ada tiga reduksi yang di tempuh untuk mencapai fenomena dalam pendekatan penomenologi yaitu:
reduksi penomenologis
reduksi eidetis
reduksi Fenomenologi transedental
reduksi penomenologis
fenomena seperti di sebut di atas adalah menampakan diri. Dalam praktik kehidupan sehari-hari, kita tidak memperhatikan penampakan itu apa yang kita lihat secara sepontan sudah cukup meyakinkan kita bahwa obyek yang kita lihat adalah ril atu nyata, kita telah meyakini sebagai realitas di luar kita, akan tetapi, karena yang dituju oleh fenomenologi adalah realitas dalam arti yang ada di luar dirinya dan ini hanya dapat di capai dengan" mengalami" secara intuitif' maka apa yang kita anggap sebagai realitas dalam pandangan biasa itu untuk sementara harus di tinggalkan atu di buat dalam kurung. Segala subjektivitas disingkirkan. Termasuk di dalam hal ini teori-teori, kebiasaan-kebiasan dan pandangan-pandangan yang telah membentuk pikiran kita memandang sesuatu (fenomena) sehingga yang timbul di dalam kesadaran adalah fenomena itu sendiri. Karena itulah reduksi ini di sebut fenomenologi.
Reduksi pertama ini merupakan "pembersihan diri" dari segala subjektivitas yang dapat mengganggu perjalannan realitas itu.
Reduksi Eidetis
Eidetis berasal dari kata eidos, yaitu inti sari. Reduksi eidetis ialah penyaringan atau penempatan di dalam kurung. Segala hal yang bukan eidos, inti sari atu realitas fenomena. Hasil kedua reduksi ini adalah penilikan relitas. Dengan reduksi eidetis, semua sgi, aspek dan profil dalam fenomenologi yang hanya di kesampingkan. Karena aspek dan profil tidak pernah menggambarkan objel secara utuh. Setiap objek adalah kompleks mengandung aspek dan profil yang tiada terhingga.
Hakikat(realitas) yang di cari dalam hal ini adalah struktur dasar yang meliputi isi fundamental dan semua sifat hakiki. Untuk menentukan apakah sifat-sifat tertentu adaklah hakikat atau bukan, Husserl memakai proserdur mengubah contoh-contoh. Ia menggambarkan contoh-contoh tertentu yang refersentatif melukiskan fenomena. Kemudian di kurangi atau di tambah salah satu sifat. Pemgurangan atu penambahan yang tidak mengurangi atau menambah makna fenomena dianggap sebagai sifat-sifat yang hakiki.
Reduksi eidetis ini menunjukan bahwa dalam fenomenologi criteria kohersi berlaku, artinya, pengamatn-pengamatan yang beruntun terhadap objek harus dapat di satukan dalam suatu horizon yang konsisten. Setiap pengamatan memberi akn tindakan-tindakan yang sesuai dengan yang pertama atau yang selanjutnya.
Reduksi fenomenologi-transendental
Di dalam reduksi ini yang di tampilkan diantaranya dua kurung adalah eksistensi dan segala sesuatu yang tidak mempunyai hubungan timbale balik dengan kesadaran murni, agar dari objek itu akhirnya orang sampai kepada apa yang ada pada subjek sendiri. Reduksi ini dengan sendirinya bukan lagi mengenai objek, atau fenomena bukan mengenai hal-hal yang menampakan diri kepada kesadaran. Reduksi ini merupakan pengarahan ke subjek dan mengenai hal-hal yang menampakan diri dalam kesadaran. Dengan demikian, yang yinggal sebagai hasil reduksi ini adalah aktus kesadaran sendiri. Kesadaran di sini bukan pula kesadaran empiris lagi., bukan kesadaran dalam arti menyadarkan diri berdasarkan penemuan dengan fenomena tertentu. Kesadaran yang di temukan adalah kesadaran yang bersifat murni atau transcendental, yaitu yang ada bagi diriku di dalam aktrus-aktrus. Dengan singkat dapat disebut sebagai subjektivitas atau "aku" transcendental.

http://209.85.175.104/search?q=cache:3Lp3IVOx49cJ:hmi-jogja.com/forum.php%3Fpilih%3Dforum%26mod%3Dyes%26topik%3D11%26balas%3D17%26act%3Dviewtopik+%22tokoh+fenomenologi%22&hl=id&ct=clnk&cd=6&gl=id

karya edmund husserl yang berjudul l’ Origine de la Gẻomẻtrie (Foundations of Geometry) pada tahun 1962

0 komentar:

Aku Cinta Indonesia...

Thank You Myspace Comments